Cerita Sholat Idul Fitri Ter-epic di Taipei.
Pagi ini, Senin, 31 Maret 2025, Taipei sedang diguyur hujan sejak semalam. Suhu pun turun menjadi 14 derajat Celsius. Cukup dingin untuk aku yang berasal dari daerah tropis.
Hari
ini adalah hari raya Idul Fitri yang ke 1446 H, aku dan suami sejak semalam sudah
merencanakan untuk sholat Idul Fitri di Cultural Mosque di Taipower Building
karena dekat dengan rumah dan biasanya jamaah yang sholat disitu tidak sebanyak
di Masjid raya Taipei. Sejak semalam kami sudah mencari informasi mengenai
jadwal sholat Id di cultural mosque ini, tapi kami tidak menemukan informasi apapun.
Akhirnya kami berasumi bahwa sholat Id di Cultural Mosque ini akan dimulai jam
7 pagi sama seperti masjid raya Taipei.
Karena
rumah kami tidak jauh dari Cultural Mosque ini, kami berangkat jam 6:30 pagi
agar bisa dapat tempat yang nyaman untuk sholat. Kami berharap hujan sedikit mereda,
tapi apa mau dikata, alam berkehendak lain. Hujan masih terhitung cukup deras
dan suhu dingin terasa menusuk saat kita berjalan kaki menuju Cultural Mosque.
Saat
sampai di dekat masjid, suami bilang, “kok ga ada rombongan yang kesana ya? Apa
disana gak ada sholat Id?”. Aku jawab dengan optimis, “mungkin uda pada di
dalam masjid, pada dateng lebih pagi karna hujan kali”. Sesampainya kami
didepan masjid, kami bingung. Lampu masjid mati, kantor tempat pengurus masjid
pun tidak ada tanda-tanda aktivitas. “Wahh, ga ada sholat Id berjamaah nih
disini” batin ku. Untuk memastikan hal itu, aku bertanya kepada beberapa orang
Indonesia yang sedang duduk-duduk di depan masjid. Dan mereka mengatakan bahwa
mereka juga tidak tau, sejak mereka datang tidak ada tanda-tanda akan diadakan sholat
Id.
Baiklah,
tanpa pikir panjang, aku dan suami memutuskan untuk beralih menuju Masjid Raya
Taipei. Sebenarnya jarak antara kedua masjid ini tidak terlalu jauh, namun
karena sedang hujan dan dingin, suami memutuskan untuk menuju masjid raya Taipei
dengan Uber (mobil online) saja. Aku sih ngikut aja ya, hehehe.
Saat
kami berjalan menuju ke jalan besar, kami bertemu dengan seorang ibu tenaga
kerja Wanita di sini. Beliau menanyakan apakah sholat di Cultural Mosque sudah
selesai. Aku jelaskan kalau sepertinya tidak ada sholat Id di masjid itu.
Kemudian aku dan suami menawarkan untuk bareng saja ke masjid raya Taipei. Dan si
Ibu pun bersedia untuk pergi bareng. Pagi itu tarif Uber yang kami sewa lumayan
tinggi untuk jarak yang tidak terlalu jauh, yaitu 305 NT atau sama dengan 150,000
rupiah. Tapi yasudahlah tidak apa-apa, kan untuk keperluan ibadah juga, pikirku
begitu.
Perjalanan
menuju masjid besar berjalan lancar karena warga Taipei belum beraktivitas di
jam sepagi itu. Saat mobil sudah mendekati masjid raya Taipei, aku bergumam, “masyaAllah
rame banget yang mau sholat. Ini aku dapat kloter keberapa ya”.
Kondisi depan masjid sangat padat dan ramai diisi oleh jamaah Perempuan yang 95% adalah para tenaga kerja Wanita dari Indonesia. Aku dan Ibu yang berangkat Bersama tadi ikut mengantri di antara jamaah yang lain. Terdengar sayup-sayup dari dalam masjid bahwa sholat Id kloter pertama sudah dimulai. Aku pikir ini akan cepat karena sholat yang pertama sudah dimulai. Tapi ada yang aku lupa, bahwa mayoritas jamaah Perempuan ini adalah saudara sebangsa dan se-negaraku. Aku tersadar bahwa masih banyak dari saudara sebangsa dan senegera ini tidak paham budaya antri. Saat kami yang sejak awal mengantri menunggu masuk dengan kondisi yang cukup padat dan berdesakkan, mereka yang bergerombol dan baru datang langsung nyelonong kedepan tanpa tau malu, sehingga kami yang sudah mengantri malah tidak bisa masuk. Apakah tidak ada panitia? Ada! Tapi para panitia ini tidak bisa mengatasi ganasnya dan tidak tahu dirinya sebagian saudara-saudara ku itu.
Aku yang
masih ada dibarisan Tengah tidak bisa melihat terlalu jelas kondisi di depan,
tapi terdengar ada kegaduhan di bagian depan gerbang masuk masjid. Sepertinya terjadi
cekcok antara jamaah yang sudah mengantri dan yang nyelonong masuk ini. Waktu terus
berlalu, sudah sekitar 45 menit aku berdiri dan sedikit sekali pergerakan maju.
Beberapa pekerja yang sudah mengantri lebih dulu memilih untuk balik pulang
karena waktu ijin mereka ke majikan sudah hamper habis, ada juga yang keluar
dari barisan karena merasa lelah dan sesak nafas. MasyaAllah, ini adalah
pengalaman pertama yang aku alami selama 7 tahun aku tinggal dan sholat Id di
sini.
Setelah
hampir 1.5 jam, aku mulai bergerak maju, tapi belum bisa masuk karena ramainya
orang yang menyerobot masuk tadi membuat antrian tidak bergerak banyak dan
kapasitas masjid sudah penuh. Jadi lah aku akan masuk sholat di kloter ke 3.
Aku
baru paham keributan seperti apa yang terjadi daritadi di depan gerbang masjid,
karena aku ada disitu sekarang. Saat kami yang sudah antri dari jam 6:50 an ini
mendekati gerbang, rombongan penyerobot merangsek maju dan tidak mau mundur,
mereka malah saling mendorong untuk berebut masuk masjid. Beberapa jamaah yang
kelelahan meneriaki para penyerobot dan panitia karena tidak bisa bergerak maju
ataupun mundur. Chaos sekali kondisinya. Sudah begitu, para saudara ku yang
mendapat kesempatan sholat di kloter ke-2 tidak segera keluar setelah sholat. Mereka
masih berfoto-foto dan bermain tok-tok di depan masjid. Ya Allah….
Keluarlah
kata-kata dan teriakan-teriakan dari ras terkuat di bumi “ibu-ibu”. Ricuh lah
kondisi di depan gerbang ini. Aku yang semula bertahan dengan diam karena
telinga ku sudah Lelah mendengarkan cerita-cerita keluhan dari ibu-ibu yang ada
dibelakangku, tidak tahan lagi. Aku berteriak karena ada yang mendorong dengan
sangat kuat sehingga aku dan beberapa orang di sekitar ku hampir terjatuh. Begitu
pula dengan panitia yang sedang mengatur, Ia hampir jatuh menabrak pagar besi
gerbang masjid itu. Terlintas di pikiranku, “Ya Allah, segininya ya mau sholat Id.
Kalo aku pulang aja boleh gak sih? Tapi sayang uda sampai depan gerbang.” Aku
menguatkan diri untuk bersabar sedikit lagi. Sudah hampir masuk.
Ditengah
kekacauan yang terjadi, dorongan dari belakang dan sebelah kiri (para
penyerobot) semakin kuat, sakit sekali badanku tehimpit dari segala sisi.
Hingga ada ibu-ibu yang tidak aku kenal menarik lengan ku untuk masuk ke masjid
sambil mengatakan bahwa aku adalah anaknya. Alhamdulillah akhirnya aku bisa
masuk kedalam masjid dengan napas yang masih terengah-engah karena berdesakan.
Aku berharap
saat masuk, aku bisa sholat dengan nyaman di ruangan masjid dengan karpet hangatnya.
Tapi sepertinya Allah belum mengijinkan aku menikmati itu. Kami yang baru bisa
masuk diarahkan untuk naik ke lantai 2 masjid (tempat sholat jamaah Perempuan).
Ternyata sudah penuhh, kemudian panitia mengarahkan aku dan beberapa orang di
depan dan belakangku untuk sholat di sebelah kiri bagian luar masjid. Disana
sudah di sediakan terop agar kita tidak kehujanan, tapi tetap saja, bagian
bawahnya basah karena tampias air dari luar dan dari air yang menetes lewat celah-celah
terop.
“yauda
gapapa, sholatnya sebentar aja kan. Mau balik turun juga ga bisa” batinku. Setelah
menata sajadah dan memakai mukenah, sembari menunggu imam memulai sholat, angin
sepoi-sepoi membelai wajahku. Aku termenung merasakan segarnya angin pagi hari
itu dari atas masjid raya Taipei. Setelah peristiwa yang terjadi di depan gerbang
masjid tadi, hembusan angin terasa sangat berharga dan menyegarkan.
Alhamdulillah.
Oh
iya, sebagai informasi, jika nanti kamu berkesempatan sholat Idul Fitri di
masjid raya Taipei, Imam disini mengikuti mahzab Hanafi ya. Dimana pada sholat
Idul Fitri rakaat pertama, ada pengulangan 3 kali takbir sebelum pembacaan surat
al-fatihah. Kemudian pada rakaat kedua, 3 kali takbir setelah pembacaan surat
pendek (sebelum rukuk).
Setelah
sholat selesai, aku dan beberapa orang yang kebagian tempat sholat di luar ini
bergegas pergi karena kami sudah mulai kedinginan dan sajadah kami sudah basah
semua.
Suami
ku yang sudah selesai sholat pada kloter ke-2 sudah menunggu di depan masjid. (untuk
jamaah laki-laki, jumlahnya tidak sebanyak jamaah Perempuan. Jadi bisa masuk dengan
cepat). Tadi saat mengantri aku udah bilang ke dia buat beliin makanan kalo dia
udah selesai duluan. Karena aku males buat masak huehehehe.
Pas
aku ketemu dia, dia uda bawa nasi bungkus. Ternyata itu nasi bungkus pemberian
dari ibu-ibu Indonesia yang bekerja disini. Ibu nya memang bagi-bagi makanan. Alhamdulillah.
Selain
itu suami ku juga sudah beli nasi pientang (nasi kotak) di toko Indonesia dekat
masjid. Lauknya ayam goreng serundeng. Sebenarnya aku lagi pengen makan nasi
padang atau ayam opor gitu. Tapi tidak ada yang jual nasi padang, dan pas mau
beli ayam opor, uang cash kita habis. Yasudahlah tahan dulu saja. Heheh
Di
perjalanan menuju halte, aku bertemu dengan ibu-ibu pekerja disini yang aku
kenal. Beliau sedang menjaga stan makanan dari komunitasnya. Aku sempatkan untuk
bersalam-salam dan cerita sedikit. Dan, tau gak ajaibnya jalannya Allah? Ibu
tadi ngebawain aku 1 porsi ayam opor dan kuah lodeh. Ya Allah, aku pengen itu
tadii.
Dan
yang lebih Ajaib lagi, pas nyampe rumah, aku buka nasi bungkus yang di kasih ibu-ibu
tidak di kenal tadi ke suamiku. Isi nya nasi padang lengkapp dan ga sepedes di
toko Indonesia langganan kita !! Ya Allah, senang sekali.
Sambil
makan aku ngobrol sama suami, semua itu Allah yang ngatur ya. Dari setiap
kejadian tidak menyenangkan pasti ada hikmah. Dari harta yang kita keluarkan
dengan niat yang baik, insya Allah diganti dengan hal yang baik juga.
Kalau
di pikir mundur lagi, misalkan aku memilih pulang, mungkin aku tidak akan
merasakan kenikmatan sholat di lantai 2 dengan hembusan angin segar pagi hari
setelah ada hujan, dan suami tidak bertemu dengan ibu-ibu tadi. Dan mungkin aku
juga tidak bertemu dengan ibu-ibu kenalan ku yang ngasih aku opor dan sayur
lodeh itu.
Aku
sempet bilang, kadang matematika nya Allah itu Ajaib. Tidak ada rumusannya. Saat
kita tidak ada uang cash untuk beli makanan, ternyata Allah ganti langsung uang
yang kita pakai untuk naik uber saat berangkat ke masjid dan memberi tumpangan
ke ibu-ibu yang tidak ku kenal tadi. Selama makan kami tidak berhenti bersyukur
dan membuat kami semakin yakin bahwa apapun yang di takdirkan untuk menjadi
rejeki kami, maka akan datang. Dan begitupun sebaliknya. MasyaAllah.
Comments
Post a Comment