Nostalgia

"Jangan menoleh kebelakang, nanti kamu tidak akan bisa maju." Ada beberapa orang yang berpendapat demikian akan "nostalgia". Banyak orang yang takut untuk mengingat masa lalu, mungkin memang masa lalu yang dilewati teramat menyakitkan, menyedihkan, atau menjijikkan. Setiap orang boleh berpendapat untuk itu.

Untukku, Aku baru menyadari bahwa bernostalgia atau mengenang kejadian-kejadian masa lampau ternyata sepenting itu untuk menemukan lagi semangat hidup, mengisi tangki semangat yang hampir habis, mengingatkan bahwa kehidupan kita di masa lampau penuh perjuangan, dan harus terus berjuang untuk masa depan.

Aku tidak bilang jika kenangan masa lalu ku indah bak cerita dongeng. Namun, bukankah kita dapat memilih bagaimana kita akan mengenang dan memaknai kepingan-kepingan kejadian itu? Aku memilih untuk mengenang dan memaknai betapa hidup ku ini sangat diperjuangkan oleh kedua orang tuaku. Tanpa kenal lelah, tanpa peduli waktu siang dan malam, panas dan hujan, mereka memberikan segalanya untuk memperjuangkan kehidupan yang sekarang menjadi jalanku ini. Dengan segala perjuangan itu, lantas pantaskah aku untuk menyerah dengan mudahnya?

Hingga detik ini, mereka tidak pernah meminta imbalan apapun, tak pernah berharap aku memberikan emas berlian atau rumah mewah. Hingga detik ini yang mereka inginkan hanyalah kebahagiaanku. Hanya ingin aku dapat menikmati hidupku dengan lebih baik dari mereka. Lantas, pantaskah aku mengeluh? pantaskah aku marah akan jalan hidup ini?

Beberapa waktu terakhir aku selalu merasa tidak berada di tempat yang ku inginkan. Aku merasa menjalani semua ini karena paksaan dari kedua orang tua ku. Aku merasa bahwa ini semua untuk mereka, bukan untukku. Hingga Tuhan berbaik hati memberiku waktu untuk pulang dan merenungi semua ini.

Ternyata aku salah, ternyata aku lah yang egois. Tuhan sangat berbaik hati pada kehidupanku kali ini. Aku diijinkan untuk menyelesaikan sekolahku, mendapat pekerjaan yang baik. Namun aku selalu merasa resah, merasa salah jalan, merasa tidak mampu. Betapa tidak bersyukurnya aku sebagai manusia ini.

Aku tersadarkan saat sore itu aku memandangi kedua wajah orang yang begitu mati-matian berjuang untukku. Melihat kulitnya yang sudah mulai mengendur, warna kulit yang semakin gelap karena sinar matahari, kaki yang sudah semakin sulit untuk diajak bekerja, serta seringnya lupa akan sesuatu.

Fisiknya berubah, kekuatannya pun sudah tidak sama seperti dulu lagi. Tapi, semangatnya untuk bekerja keras tidak pernah berubah. Mereka melakukan itu semua demi anak-anak yang teramat disayangi.

Memang, cara mereka menyampaikan rasa cinta berbeda. Tanpa kata. Seringnya dengan nada tinggi. Namun percayalah, kasih sayang dan cinta mereka melebihi apapun. Mereka adalah orang yang akan selalu menerima dan memaafkan atas apapun yang dilakukan anak-anaknya. Saat Dunia begitu kejam, mereka bak malaikat yang akan selalu menenangkan dan memberikan apapun untuk melindunginya. Meskipun hati dan pikiran mereka terkoyak luar biasa, air mata yang ditahannya agar tidak semakin membebani anak-anaknya.

Dengan mengenang semua yang pernah ada, aku menemukan kembali semangat itu.

Di Dunia ini, tidak ada yang serba tiba-tiba, semua pasti melalui proses yang berliku. Maka, jika kedepan aku menemukan rintangan dan hambatan, satu hal yang harus aku ingat bahwa yang ku butuhkan adalah keberanian untuk melawan. Melawan rasa takut, khawatir, dan rasa malas!

Tidak ada yang kita dapatkan tanpa ada yang dikorbankan. Itu sudah hukum alam.

Usaha ku mungkin sudah begitu keras, namun masih belum menghasilkan. Mungkin doa-doa ku masih belum cukup.

Berdoa kepada Sang Pencipta semesta agar semesta juga bergerak untuk mewujudkan mimpi-mimpi ku.

Comments

Popular Posts